Kuliah di program studi (prodi) kesehatan bukan hanya duduk di kelas, lalu menghafal anatomi. Prodi ini dikenal sebagai jurusan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, adaptasi cepat, dan kemampuan belajar yang terus-menerus. Terlebih jurusan kedokteran.
Dari pre-klinik hingga koas, dari laboratorium hingga ruang bedah, mahasiswa calon tenaga kesehatan (nakes) hidup dalam tekanan akademis dan tanggung jawab moral yang besar.
Dan itu belum termasuk tugas menulis laporan kasus, membuat presentasi ilmiah, dan membaca jurnal medis berbahasa Inggris yang kadang setebal novel.
Dari cerita istriku, tantangan tidak berakhir di situ saja. Setelah lulus, justru tidak kalah kompleks. Melihat kerjaan istriku, seorang nakes tak hanya dituntut untuk menangani pasien, tapi juga mengedukasi pasien dan keluarga dengan bahasa lokal yang mudah dipahami. Belum lagi harus memenuhi syarat Satuan Kredit Profesi (SKP) setiap tahunnya, yang hari-harinya diisi dengan pembelajaran melalui webinar.
Di sinilah aku mempertimbangkan untuk membelikan laptop AI untuknya. Aku baca-baca ulasan, laptop yang bisa menjawab kebutuhan tersebut adalah ASUS Vivobook S14.
Melihat ritme kerja istriku yang tidak menentu, berpindah ruangan, sering mengikuti webinar, dan harus tetap sigap kapan pun—pilihanku jatuh pada varian ASUS Vivobook S14 S3407QA (Qualcomm).
Untuk cerita selengkapnya, aku mengulas pilihan laptop AI 2025 ini bisa dibaca di bawah ini, ya.
Time is Life: Save Time, Serve Better
"Time is money," kata pebisnis. Setiap menit yang hilang dapat berdampak pada efisiensi dan keuntungan. Maka dari itu yang dilakukan oleh pelaku bisnis adalah save both, yaitu menghemat waktu dan juga menghemat biaya jika bisa dilakukan secara bersamaan.
Sementara itu di lingkup layanan kesehatan, waktu (time) punya makna yang jauh lebih dalam. Karena di sinilah, time is life. Terlambat lima menit saja bisa menentukan apakah nyawa pasien bisa diselamatkan atau tidak. Bukan sekadar soal produktivitas—tapi menyangkut kehidupan itu sendiri.
Hal yang sama juga berlaku di dunia akademik kesehatan. Mahasiswa kedokteran atau keperawatan harus membagi waktu untuk kuliah, praktik, laporan kasus, membaca jurnal ilmiah, hingga rotasi klinik. Setiap jam terasa berharga. Setiap detik begitu padat.
Di tengah hiruk-pikuk itu, kehadiran laptop yang benar-benar dapat membantu menghemat waktu dan energi bukan sekadar kemewahan, tapi kebutuhan. Dan di sinilah fitur Copilot AI pada laptop ASUS ini benar-benar bisa diandalkan.
Bayangkan hanya dengan satu tombol, muncul asisten digital yang siap mengeksekusi perintah: menyusun jadwal shift yang rumit, membantu membuat konten edukasi, bahkan merangkum isi webinar dalam hitungan detik.
Dengan bantuan AI, seperti Copilot, tugas-tugas yang sifatnya repititif tersebut jadi lebih mudah dan cepat untuk diselesaikan. Dan yang nggak kalah penting nggak harus lembur di rumah yang kadang bikin burnout.
Sebagai contoh, aku ngasih tahu cara membuat jadwal shift karyawan dengan bantuan AI ke istriku.
Biasanya, tugas ini menyita banyak energi dan memakan waktu dua sampai tiga harian. Ia harus memperhatikan siapa yang libur, siapa yang mendapat shift malam, siapa yang tidak boleh langsung masuk pagi keesokan harinya. Belum lagi permintaan tukar jadwal dan jatah libur bulanan.
Tapi dengan bantuan AI, semuanya bisa dilakukan hanya dengan menyiapkan data sederhana: nama karyawan, jumlah tenaga kerja, permintaan libur, dan aturan shift. Semua itu dimasukkan ke dalam satu perintah, dan Copilot langsung menyusun jadwal otomatis yang rapi dan adil. Dalam hitungan detik.
Waktu yang tadinya habis untuk mengatur rotasi shift, kini bisa digunakan untuk hal yang lebih krusial: menangani pasien, istirahat, atau belajar menghadapi ujian kompetensi.
Untuk ilustrasinya, bisa dilihat pada video di bawah ini, ya.
Tak sampai di situ saja, dilengkapi dengan fitur Microsoft Phone Link yang didukung teknologi Snapdragon Seamless, proses berpindah antar perangkat menjadi sangat mudah. Laptop dan HP bisa saling terhubung untuk akses SMS, panggilan, hingga dokumen.
Tidak perlu lagi repot mengirim file lewat WhatsApp ke diri sendiri atau lewat email hanya untuk membuka dokumen yang sama di perangkat lain.
Semuanya terasa lebih ringkas. Seperti ketika istriku harus mengedit file PDF untuk kebutuhan akreditasi yang awalnya ia buka di HP. Begitu duduk di depan laptop, file yang sama sudah tersedia dan bisa langsung dikerjakan. Waktu lebih hemat (save time), fokus tidak terpecah.
Bahkan misal, jika tiba-tiba ada telepon dari Direktur Rumah Sakit atau pesan penting dari tim medis, semuanya bisa langsung dikelola dari layar laptop tanpa perlu mengangkat ponsel. Proses kerja tetap lancar, tidak terganggu oleh perpindahan perangkat.
Presentasi visual untuk edukasi pasien jauh lebih menarik dan edukatif
Bagi tenaga kesehatan, menjelaskan kondisi medis kepada pasien bukanlah hal yang sederhana. Nakes tidak hanya menyampaikan informasi medis, tapi juga harus memastikan pasien dan keluarganya mengerti. Kadang, bahasa medis yang rumit perlu diubah menjadi narasi visual yang lebih mudah dipahami—terutama jika menyangkut prosedur, efek samping obat, atau hasil pemeriksaan.
Dan di sinilah peran visual benar-benar terasa penting.
ASUS Vivobook S14 hadir dengan layar OLED 2.5K beresolusi tinggi, yang mampu menampilkan warna dengan tingkat akurasi luar biasa. Warna merah tidak terlihat oranye, gradasi biru tidak pecah. Ini sangat krusial saat kita menampilkan gambar anatomi tubuh, hasil radiologi, atau simulasi tindakan medis. Semuanya terlihat tajam, jernih, dan realistis.
Bayangkan saat seorang dokter muda menjelaskan efek dari penyempitan pembuluh darah dengan bantuan animasi atau diagram. Atau ketika seorang mahasiswa keperawatan presentasi tentang manajemen luka menggunakan ilustrasi interaktif. Semua jadi lebih mudah dipahami—bukan hanya oleh sesama tenaga medis, tapi juga oleh pasien dari berbagai latar belakang pendidikan.
Pengalaman visual ini tak hanya membantu komunikasi, tapi juga membangun kepercayaan dan kenyamanan pasien. Karena ketika seseorang bisa memahami apa yang sedang terjadi pada tubuhnya, ia akan cenderung lebih aware dan bersemangat untuk bisa sembuh.
Dan buat mahasiswa prodi kesehatan, kualitas visual ini sangat membantu dalam proses belajar. Mengikuti kuliah anatomi atau patofisiologi dengan tampilan layar yang tajam akan jauh berbeda dibanding layar biasa. Membaca e-book, membuka diagram berwarna, atau menonton video simulasi jadi jauh lebih hidup.
AI Membantu KIE ke Pasien, Menjembatani Perbedaan Bahasa dan Budaya
Visual saja sering kali belum cukup. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada pasien juga harus disampaikan dalam bahasa yang akrab bagi masyarakat setempat. Hal ini kerap menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika terdapat perbedaan bahasa atau latar budaya antara tenaga kesehatan dan pasien.
Istriku—berasal dari Jawa. Di tempatnya bekerja, mayoritas pasien berasal dari komunitas Madura. Ini sering jadi tantangan tersendiri, apalagi saat harus menjelaskan soal penyakit, penggunaan obat, atau memberi edukasi kesehatan (KIE) ke pasien lansia yang tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.
Nah, ASUS Vivobook S14 Copilot+ PC benar-benar membantu di sini. Dengan menekan satu tombol Copilot, AI langsung aktif dan siap menerima perintah. Contohnya, istriku tinggal mengetik prompt berikut saat bingung menjelaskan pentingnya minum antibiotik sampai habis dalam bahasa Madura:
“Buatkan kalimat penjelasan tentang pentingnya minum antibiotik sampai habis dalam bahasa Madura yang sopan dan mudah dimengerti orang tua.”
Dalam hitungan detik, Copilot akan menyusun kalimat yang lebih relate, dengan gaya bahasa yang bisa langsung digunakan saat konsultasi.
Dan ini bukan hanya berlaku untuk nakes. Mahasiswa juga akan sangat terbantu saat menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN), penyuluhan kesehatan di daerah, atau ketika harus menyusun materi edukasi untuk masyarakat setempat.
Akses cepat ke informasi medis dan keputusan klinis
Dalam pendidikan profesi kesehatan, menyusun literatur review adalah tugas yang akrab dan nyaris rutin. Sering kali harus dikerjakan dalam waktu singkat, dengan referensi yang berasal dari jurnal ilmiah berbahasa Inggris—berstruktur kompleks dan penuh istilah teknis.
Begitu juga ketika sudah bekerja—kadang diharuskan mencari pedoman pengobatan terbaru atau mengecek interaksi obat hanya dalam hitungan menit sebelum edukasi pasien.
Di sinilah ASUS Vivobook S14 dengan fitur Copilot AI terasa sangat membantu.
Bukan sekadar “cari di internet”, tapi benar-benar memberi cara baru untuk melakukan deep research. Misalnya, cukup masukkan satu dokumen jurnal, lalu minta ringkasan dalam bahasa yang lebih sederhana. Atau buat daftar poin penting dari pedoman WHO terbaru tanpa harus membuka belasan halaman satu per satu.
Fitur AI ini juga membantu dalam praktik klinis langsung. Salah satunya saat perawat harus menentukan kecepatan infus obat.
Misalnya pada kasus pemberian OMZ (Omeprazole), yang digunakan untuk terapi tukak lambung atau pencegahan stres ulkus di ruang rawat inap. Dokter meresepkan OMZ 8 mg per jam secara kontinu melalui syringe pump.
Di lapangan, tersedia 2 ampul OMZ, masing-masing 40 mg, sehingga total 80 mg. Obat ini lalu diencerkan dengan pelarut hingga total volume 50 cc. Pertanyaannya: berapa cc per jam laju infus yang dibutuhkan untuk memberikan 8 mg/jam?
Jika dilakukan manual, perawat harus berhitung sambil memastikan tak ada kesalahan:
80 mg dalam 50 cc → artinya setiap 1 cc mengandung 1,6 mg omz
Jika targetnya 8 mg/jam → maka dibutuhkan 5 cc/jam
Dengan fitur Copilot AI, cukup ketikkan:
“Jika OMZ 80 mg dilarutkan dalam 50 cc cairan, berapa kecepatan infus (cc/jam) jika ingin diberikan 8 mg per jam?”
Lalu AI akan langsung memberikan jawaban:
“Kecepatan infus: 5 cc/jam.”
Tugas yang biasanya memakan waktu dan diskusi kini bisa diselesaikan dalam satu langkah. AI membantu mempercepat proses berpikir klinis tanpa mengorbankan ketelitian.
Mobilitas & ketahanan, cocok untuk jadwal shift yang padat
Baik mahasiswa prodi kesehatan maupun nakes, satu hal yang pasti: jadwalnya jarang normal. Praktikum bisa dimulai pukul tujuh pagi dan baru selesai larut malam. Shift rumah sakit kadang berubah dalam semalam. Dan ketika itu terjadi, kita butuh perangkat yang bisa mengikuti ke mana pun kita pergi—tanpa merepotkan.
Perangkat ASUS Vivobook S14 Copilot+ PC benar-benar terasa dirancang untuk kita yang hidup dalam ritme tak menentu.
Pertama, daya tahan baterainya luar biasa—hingga 30 jam. Artinya, laptop ini bisa dipakai dari pagi hingga malam tanpa perlu colokan. Cocok untuk mahasiswa yang seharian kuliah dan lanjut nugas di perpustakaan, atau nakes yang harus ikut pelatihan sampai larut malam.
Kedua, ringan dan ramping. Dengan berat hanya 1,35 kg dan desain tipis, laptop ini mudah dimasukkan ke tas kerja atau ransel kuliah. Tidak bikin pegal, tidak makan tempat, dan tetap terlihat profesional saat dibawa meeting atau presentasi kasus.
Dan yang ketiga, desainnya elegan dan kokoh. Meski ringan, bodinya solid—karena telah lulus uji ketahanan standar militer US MIL-STD 810H. Artinya, laptop ASUS S3407QA ini telah lulus uji ketahanan terhadap benturan, kelembapan, dan perubahan suhu ekstrem. Kita tidak perlu terlalu khawatir saat harus berpindah-pindah ruangan dari laboratorium ke ruang jaga, atau dari kampus ke rumah sakit.
Dalam keseharian nakes dan mahasiswa prodi kesehatan yang serba mobile dan unpredictable, perangkat ini bisa dijadikan partner yang siap sedia, kapan pun dibutuhkan.
Memudahkan pembacaan hasil foto rontgen
Aktivitas webinar kesehatan lebih nyaman dan profesional
Bagi nakes, belajar itu tidak berhenti saat lulus kuliah. Setiap tahun ada target Satuan Kredit Profesi (SKP) yang harus dikejar agar bisa memperpanjang STR dan SIPP. Artinya? Webinar, diskusi ilmiah daring, dan pembelajaran hybrid sudah jadi bagian dari rutinitas.
Masalahnya, tidak semua situasi mendukung. Kadang harus ikut webinar di ruang istirahat yang ramai, atau di rumah saat anak-anak belum tidur. Nah, di sinilah AI Noise Cancellation dari ASUS Vivobook S14 terasa sangat menyelamatkan.
Teknologi ini otomatis menyaring suara latar yang mengganggu—entah itu suara orang ngobrol, kipas angin, bahkan bunyi-bunyi khas ruang IGD. Suara pengguna tetap terdengar jernih dan fokus. Istriku tidak perlu repot cari tempat sunyi atau pakai alat tambahan. Cukup laptop ini saja, sudah terasa seperti punya studio mini portabel.
Untuk mahasiswa prodi kesehatan yang ikut kelas daring atau diskusi kelompok juga sangat terbantu. Diskusi jadi lebih lancar, suara terdengar profesional, dan nggak perlu malu kalau sedang berada di lingkungan ramai.
Tak hanya itu, laptop ini juga sudah dilengkapi dengan kamera FHD, yang membuat tampilan saat meeting menjadi lebih tajam dan jelas dibandingkan dengan kamera yang menggunakan resolusi HD standar.
Teknologi ini tidak hanya membuat kesan profesional pada pemakainya, tapi juga agar lawan bicara bisa menangkap ekspresi dan gestur dengan lebih baik—terutama saat menjelaskan hal-hal penting dalam konteks diskusi antar sejawat.
Konektivitas lengkap dan pengisian daya yang cepat
Laptop yang baik untuk dunia kesehatan itu bukan cuma soal performa dan layar. Tapi juga seberapa cepat ia siap digunakan dan seberapa fleksibel ia bisa dibawa ke mana saja.
ASUS Vivobook S14 varian S3407QA menjawab kebutuhan ini dengan port konektivitas lengkap, termasuk:
2x USB 3.2 Gen 1 Type-A
1x HDMI 2.1 (TMDS)
1x Audio Jack 3.5mm
USB-C untuk pengisian daya
Bicara soal pengisian daya, fitur fast-charging via Type-C 65W membuat laptop ini bisa mengisi baterai dengan cepat tanpa harus bergantung pada colokan model lama seperti adaptor besar. Yang lebih praktis lagi, Type-C ini bisa digunakan juga untuk mengisi daya smartphone. Jadi, satu charger saja cukup untuk dua perangkat. Nggak perlu lagi bawa banyak kabel dan adapter saat ke kampus, rumah sakit, atau ikut pelatihan luar kota.
Laptop ini benar-benar dirancang untuk gaya hidup yang dinamis—bukan cuma mengikuti ritme kerja dan belajar, tapi juga mempermudahnya.
Data aman, pikiran tenang
Bagi tenaga kesehatan dan mahasiswa prodi kesehatan, laptop bukan hanya berisi file tugas atau catatan kuliah. Di dalamnya bisa saja tersimpan rekap pasien, laporan medis, jurnal ilmiah, atau dokumen presentasi akreditasi rumah sakit—semuanya data penting dan sering kali bersifat rahasia.
ASUS Vivobook S14 Copilot+ PC hadir dengan perlindungan berlapis. Fitur Windows Hello dengan pemindai wajah memungkinkan akses cepat tanpa perlu mengetik password, sekaligus mencegah orang asing membuka laptop saat ditinggal sebentar di ruang jaga atau kelas.
Kemampuan AI-nya paling tinggi
Tentu saja, sebelum sampai pada keputusan untuk memilih laptop ASUS Vivobook s14 varian S3407QA, aku sempat bertanya-tanya juga: Apa sih bedanya laptop AI dibanding laptop biasa? Dan kenapa ASUS dengan laptop AI-nya punya beberapa varian yang prosessornya berbeda-beda—Snapdragon, Intel, AMD?
Ternyata jawabannya terletak pada jenis arsitektur prosesor yang digunakan di masing-masing varian. Untuk memudahkan penjelasan, aku sudah merangkumnya dalam infografis berikut:
Berikut ini varian untuk ASUS Vivobook S14 ada tiga, dengan spesifikasi dan harganya seperti yang sudah aku rangkum di bawah ini.
Dari rangkuman tersebut, membuatku lebih mudah membedakan arsitektur prosessornya—antara ARM dan x86—yang mempengaruhi cara laptop bekerja, efisiensi daya, hingga seberapa optimal pemrosesan AI-nya.
Varian S3407QA yang menggunakan Snapdragon X (berbasis ARM) menawarkan efisiensi daya yang luar biasa, bobot ringan, dan integrasi AI yang lebih dalam. Sementara versi Intel dan AMD (berbasis x86) tetap punya kekuatan di sisi performa multitasking dan kompatibilitas program-program desktop pada umumnya.
Nah, alasan yang benar-benar membuatku yakin memilih varian S3407QA (Snapdragon) adalah karena kemampuan pemrosesan AI-nya yang paling tinggi, mencapai 45 TOPS (Trillion Operations Per Second). Angka ini jauh melampaui varian Intel maupun AMD, dan menjadi kunci jawaban nyata untuk prinsip: save time, serve better, and live lighter.
Dengan kata lain, laptop ini bukan sekadar cepat, tapi memang dirancang untuk AI, sehingga sangat relevan untuk kebutuhan profesional masa kini dan mendatang yang mengandalkan banyak aplikasi AI sekaligus.
Tugas-tugas pekerjaan yang biasanya menyita waktu, energi dan mungkin juga biaya bisa dipangkas secara signifikan. Dan yang terpenting, istriku dapat mengalokasikan waktunya untuk hal-hal yang lebih berdampak, sesuai dengan skala prioritasnya—entah itu menangani pasien, menyusun laporan dan edukasi, atau sekadar rehat sejenak.
Tentu, pilihan ini sangat personal. Tapi untuk kamu yang mungkin lebih banyak bekerja dengan software/program desktop yang sudah lebih familiar dengan sistem x86, dua laptop AI varian lainnya— ASUS Vivobook S14 S3407CA (Intel) dan ASUS Vivobook S14 M3407HA (AMD)—juga bisa jadi pertimbangan.
Akhirnya, —aku merasa, lewat satu keputusan kecil ini, dengan membelikan laptop untuk istri, aku sedang membantu dia merawat lebih banyak orang. Karena pekerjaannya bukan hanya soal menyembuhkan, tapi juga membangun sistem kesehatan di tempat yang membutuhkannya.